Ayat-ayat tentang Metode dalam Al-quran

Ayat tentang Metode dalam Al-Quran


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-quran sebagai kitab suci agama Islam, di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia, yang salah satunya sebagai sumber pedoman, sumber ispirasi dan sumberilmu pengetahuan, dalam hal ini berkaitan dengan pendidikan. Pendidikan menurut Al-Quran jelas berbeda dengan pendidikan yang ada dalam masyarakat non Islam. Baik dalam wilayah teoritis maupun praktis, akibatnya melahirkan istilah-istilah pendidikan yang beragam dan berbeda.

Di dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan berbagai macam hal yang berkaitan dengan pendidikan. Mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengawasan sampai pada tahap akhir yaitu pengevaluasian. Lebih lanjut lagi ayat-ayat al-quran juga menjelaskan tentang metode-metode pendidikan, baik yang langsung maupun tidak langsung.

Metode pendidikan memiliki peran yang strategis dalam mecapai tujuan pendidikan. Tanpa adanya metode maka proses pencapaian tujuan pendidikan akan terhambat bahkan tidak berhasil sama sekali.

Berbicara mengenai pendidikan, khususnya metode pembelajaran dan pengajarandalam Al-quran tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Quran. Kata metode berasal dari bahasa Latin, yaitu diambil dari kata metayang mengandung arti melalui, dan hodos yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Adapun secara istilah, metode bearti suatu sitem atau cara yang mengatur suatu cita-cita dan keinginan.[1]Secara sederhana , metode dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan suatu nilai tertentu dari si pembawa pesan (guru) kepada si penerima pesan (murid). Metode dapat juga diartikan sebagai tindakan-tindakan pendidik dalam lingkup peristiwa pendidikan untuk memengaruhi siswa kearah pencapaian hasil belajar yang maksimal.[2]Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat, maka akan sulituntuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapka

Sebagai sebuah proses, komponen yang secara langsung terlibat dan memengaruhi keberhasilan proses pendidikan adalah subjek ( pendidik ), obyek ( peserta didik ), materi,metode, media dan tujuan pendidikan.

Salah satu komponen dalam proses pendidikan yang berpengaruh langsung terhadap keberhasilan proses tersebut adalah metode pendidikan. Metode pendidkan yaitu cara yang digunakan melaksanakan aktivitas pendidikan dalam upaya memanusiakan manusia berdasarkan tata nilai di mana system atau pendidikan itu dijalankan.[3]Oleh sebab itu seorang pendidik di tuntut benar-benar mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi, peserta didik serta parameter lain yang digunakan dalam penentuan penggunaan sebuah metode pendidikan.

Secara umum metode pendidikan yang digunakan terdiri dari beberapa macam, yaitu metode ceramah, Tanya jawab, eksperimen, diskusi, demontrsi, pemberian tugas, sosio drama, kerja kelompok, proyek dan lainnya. Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan, dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang secara langsung mempengaruhi proses pendidikan.

Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam metode pendidikan Islam meliputi metode dialog, yaitu dialog qurani dan Nabawi ; mendidik melalui kisah-kisah Quran dan Nabawi ; memdidik melalui perumpamaan Qurani dan Nabawi ; mendidik melalui keteladanan ; mendidik melalui aplikasi dan pengalaman ; mendidik melalui nasehat ; mendidik melalui targib dan tarhib.[4]

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1. Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan metode pendidikan

2. Bagaimana penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan metode pendidikan ?

3. Hadits-hadits yang berkaitan dengan metode pendidikan.

C. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah yang akan dibahas yaitu:

1. Ingin mengetahui ayat-ayat Al-Quran yang membahas tentang metode pendidikan

2. Ingin mengetahui penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan metode pendidikan

3. Ingin mengetahui hadits-hadits yang berkaitan dengan metode pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan metode pendidikan

1. Surat Al-Maidah ayat 67.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ

وَٱللَّهُ يَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَٱلۡكَٰفِرِينَ ٦٧

Artinya : Wahai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kam tidak kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti ) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah SWT memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Ayat ini mengandung makna bahwa menyampaikan risalah itu merupakan perintah Allah SWT. Allah memerintahkan Nabi untuk menyampaikan risalah kenabian kepada umatnya. Arti “baligh” menurut imam Al-Qurtubi lebih menampakkan pada proses penyampaian amanah kepada masyarakat.

Kata “Baligh” dalam bahasa arab artinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawl (ucapan), kata balig berarti fasih, jelas maknanya terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki, dapat juga diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.

Dalam bahasa Arab kata baligh itu merupakan pernyataan yang sangat jelas apalagi bentuknya fiil “amr”. Dalam tafsir Al-Jalalain lafaz “baligh” terselip kandungan jami’an (seluruhnya). Berati nabi harus menyampaikan secara keseluruhan yang telah diterima dari Allah SWT, tidak boleh ada yang disembuyikan sedikitpun dari Nabi.[5]

Imam Al-Qurtubi memperjelas dalam konteks kerisalahan nabi sebagai rasul. Beliau mengungkapkan sebab rasul tidak berani menyampaikan risalah kenabian secara terang-terangan. Beliau menulis dalam tafsirnya :

قِيل :معنا ه اظهرا لتبليغ لانه كان في اول الاسلام يخفيه خوفا من المشر كين ثم امرياظهاره في

هذه الاية واعلمه الله انه يعصمه من الناس

Arti “baligh” menurut beliau lebih menampakkan pada proses penyampaian amanah kepada masyarakat. Karena di awal penyebaran agama Islam nabi khawatir kepada masyakat. Karena di awal penyebaran Islam nabi khawatir kepada orang-orang musyrik Mekah.Kemudian Allah menampak kerisalahan tersebut dengan diturunkannya ayat ini. Dan Allah memberitahu kepada nabi bahwa Allah akan menjaga keselamatannya. .[6]

Dalam Al-Quran banyak memuat istilah-istilah komunikasi sebagai salah satu metode pembelajar . Istilah-istilah tersebut adalah qaulan syadida ( Qs An-nisa : 9), Qaulan Maesura (Qs Al-Isro : 28), Qaulan layyina ( Qs Thaha : 44), Qaulan karima ( Qs Isro : 23), qaulan ma’rufa ( QS An-Nisa : 5), qaulan baligo (Qs An-nisa : 63)

Dalam ayat ini menggunakan kata “Ballig”, penulis berpendapat jika dikaitkan dengan pendidikan maka berarti penggunaan metode ceramah. Dalam proses pendidikan dan pengajaran, metode ceramah paling banyak digunakan untuk menyampaikan materi-materi kepada peserta didik. Materi disampaikan sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai pada setiap kompetensi. Dalam pendidikan kita mengenal ada 3 macam ranah yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik, yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

2. Al-Quran surat Al-Baqarah : 31

وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِ‍ُٔونِي بِأَسۡمَآءِ

هَٰٓؤُلَآءِإِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٣١

Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman : “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”

Dalam ayat ini dijelaskan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh nabi Adam dengan menggunakan metode pengamatan (inkuiry), praktek dan demonstrasi.

Secara umum surat Al-Baqarah ayat 31 ini, para ahli tafsir menafsirkan ada 2 macam, yaitu ada yang menafsirkan tentang pendidikan dan pengajaran. Bagi kebanyakan ahli tafsir yang menafsirkan tentang pendidikan dengan alasan bahwa nabi Adam dapat membeda-bedakan nama-nama benda berkat memperoleh pendidikan pertama dari Allah SWT. Sedangkan yang berpendapat bahwa ayat tesebut berisi pengajaran karena Nabi Adam memahami nama-nama benda berkat pengajaran dari Allah SWT. Ada juga yang berpendapat bahwa Nabi Adam memahami benda-benda bukan langsung diberitahu begitu saja tetapi AllahSWT memperlihatkan bendanya langsung di hadapan nabi Adam as.[7]

Dalam kitab tafsir ibnu katsir jilid I, ibnu Abbas menafsirkan ayat 31 sangat lengkap bahwa Nabi Adam as ketika diajarkan oleh Allah SWT bukan saja diajarkan nama benda melainkan juga diajarkan zat, sifat dan af’al (cara kerja benda tersebut).[8]

Ibnu Katsir banyak mengutip pendapat Ibnu Abbas terkait ayat 31 ini, dan banyak ahli lain sependapat dengan Ibnu Abbas bahwa Nabi Adam bukan sekedar diajarkan nama benda akan tetapi ditunjkkan juga jenis dan fungsi benda-benda tersebut.

Nabi Adam memahami sesuatu berkat hasil olah fikir setelah diberi pengertian dan penunjukan langsung jenis benda secara kongkret. Dalam hal ini Allah membelajarkan Nabi Adam tidak sekedar menyuruh menghafal nama-nama benda melainkan menyebut nama benda seraya menunjukkan ciri dan wujud jenis benda yang sebenarnya.[9]

Dalam ayat diatas pada kalimat ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا, penulis memberikan pemahaman bahwa semua hal yang berkaitan dengan pendidikan harus disampaikan secara keseluruhan, secara runtut dan terarah, tidak boleh disampaikan secara terpotong-potong atau terpisah, apalagi disampaikan sebagian, yang nanti akan berdampak kepada tujuan akhir yang ingin dicapai tidak sesuai dengan harapan.

3. Al-Quran surat Al-Anbiya : 80

وَعَلَّمۡنَٰهُ صَنۡعَةَ لَبُوسٖ لَّكُمۡ لِتُحۡصِنَكُم مِّنۢ بَأۡسِكُمۡۖ فَهَلۡ أَنتُمۡ شَٰكِرُونَ ٨٠

Artinya : “Dan telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu, maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah SWT).

Dalam ayat ini dijelaskan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh Nabi Daud as dengan menggunakan metode demonstrasi. Dalam hal ini Nabi Daud as belajar membuat baju besi dituntun oleh Allah SWT mulai dari proses pencarian bahan mengandung unsur besi, membuat pola dan menundukkan besi sehingga bisa lunak sesuai kehendak nabi daud as.

Menurut At-Tabrani, ayat ini menjelaskan bahwa Kami (Allah SWT) mengajarkan “labus” kepada utusan-Nya yang bernama Daud dankalian semua (kaummnya).Labus adalah bahasa arab yang berarti pelbagai senjata dapatberupa bajubesi, pedang, atau juga tombak. Penafsiran ini di dasarkan pada riwayat Qatadah yang menyebutkan bahwa Nabi Daud as telah menerima lempengan dan benda ini yang kemudian di olah/ditempa untuk dijadikan sebagai bahan baku persenjataandan karenanya nabi Daud as dikenal sebagai orang pertama kali yang melubangi, menembus dan perindah baju besi.

Bahkan menurut riwayat Abu Ja’far menyebutkan, pengajaran Allah SWT tentang teknik membuat senjata bertujuan untuk menjaga kaumnya jika bersosial atau bermasyarakat bersama yang lain, menjaga istrinya dari yang lain, menjaga mereka dari sebagian peperangan yang terjadi seperti melawan tentara Jalut.[10]

Berkaitan dengan kemapuan Nabi Daud melunakkan besi tersebut ,Allah SWT menjelaskannya dalam surat Saba ayat 10.

وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا دَاوُۥدَ مِنَّا فَضۡلٗاۖ يَٰجِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُۥ وَٱلطَّيۡرَۖ وَأَلَنَّا لَهُ ٱلۡحَدِيدَ ١٠

Artinya : Dan sesungguhnya kami telah berikan kepada Daud karunia dari kami. (Kami Berfirman) : “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulangbersama Daud” dan kami telah melunakkan besi untuknya “.

Dalam ayat diatas, pada kalimat وَعَلَّمۡنَٰهُ صَنۡعَةَ لَبُوس ,penulis memahami bahwa yang dimaksud adalah penggunaan metode demonstrasi dalam proses kegiatan benlajar mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran metode demontrasi banyak digunakan ketika mengajarkan materi-materi yang berupa praktek ibadah, seperti shalat, zakat, hadiah, hibah dan masih banyak lagi materi yang menggunakan metode demontasi.

4. Al-Quran surat Al-Arof : 103

ثُمَّ بَعَثۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِم مُّوسَىٰ بِ‍َٔايَٰتِنَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِيْهِۦ فَظَلَمُواْ بِهَاۖ فَٱنظُرۡ

كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ١٠٣

Artinya :Kemudian kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu.Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.

Dalam ayat ini dijelaskan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh firaun dan para pembesarnya dengan menggunakan metode demonsrasi.

Menurut Abu Ja’Far Muhammad Ibn Jarir Al-Thabari, penyebutan tentang Nabi Musa as khususnya memiliki keterkaitan dengan hujjah Allah SWT dan petunjuknya yang disaksikan oleh Fir’aun dan kelompoknya ysng mengkufuri ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang di bawa oleh Musa as, akibatnya semua mereka ditenggelamkan Allah SWT di lautan. Padahal Nabi Musa as telah menegaskan bahwa dirinya hanyalah seorang utusan Allah SWT yang telah membawa bukti dari Tuhan-Nya, masyarakat (seperti Bani Israil dan para pembesar Firaun) saat itu menyaksikan kebenaran yang dikatakannya,kebenaran tentang apa yang disebutkan kepada kalian, tidak akan mengatakan kepada-Nya kecuali kebenaran.[11]

5. Al-Quran surat Al-Maidah ayat 31

فَبَعَثَٱللَّهُ غُرَابٗا يَبۡحَثُ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُرِيَهُۥ كَيۡفَ يُوَٰرِي سَوۡءَةَ أَخِيهِۚ

قَالَ يَٰوَيۡلَتَىٰٓ أَعَجَزۡتُ أَنۡ أَكُونَ مِثۡلَ هَٰذَا ٱلۡغُرَابِ فَأُوَٰرِيَ سَوۡءَةَ أَخِيۖ

فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ ٣١

Artinya : Kemudian Allah SWTmenyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata qabil : “aduhai celaka aku, mengap aku tidak mapu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal”.

Dalam ayat ini dijelaskan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh Qabil dengan menggunakan metode demontrasi.

Menurut Abu Muhamad Al-Husain ibn Mas’ud al-Baghawi, ayat tersebut tidak saja menggambarkan kisah pembelajaran qabil tentang bagaimana cara mengubur mayat saudaranya bernama Habil, akan tetapi pembelajaran cara membunuh saudaranya juga.

Berbeda dengan Ibnu Abbas, beliau menyebutkan pembelajaran Qabil terjadi setelah membunuh saudaranya atau dengan kata lain Qabil tidak mengerti bagaimanacara menguburkan mayat saudaranya. Qabil membunuh saudaranya tidak langsung di kubur, akan tetapi ditinggal begitu saja di satu tempat yang bernama Al-Ara, hingga Allah SWT mengutus dua burung gagak di mana berperan sebagai yang terbunuh dan seekor burung gagak menggali tanah dengan cakar dan paruhnya, lalu yang mati ini dimasukkan ke tanah yang telah digali.

6. Surat An-Nahl ayat 125

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِيهِيَ أَحۡسَنُۚ

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥

Artinya : Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang ayat ini bahwa Nabi Muhamad SAW diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi tuntutan Al-Quran yaitu dengan cara al-hikmah, mauizhoh hasanah, dan mujadalah. Dengan cara ini Nabi sebagai Rasul telah berhasil mengajak umatnya dengah penuh kesadaran.

Makna umum dari ayat ini bahwa Nabi diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi tuntunan Al-Quan yaitu dengan cara Al-Hikmah, Maizah Hasanah dan mujadalah.Proses sera metode pengajaran yang berorientasi filsafat lebah (An-Nahl) berarti membanagun suatu system yang kuat dengan “jarring-jaring” (networking) yang menyebar ke segala penjuru.

Imam AlQurtubi menafsirkan al-hikmah dengan “kalimat yang lemah lembut”. Sedangkan Mustafa Al-Maraghi mengartikan al-hikmah sebagai sesuatu yang di wahyukan. Dalam kesempatan lain An-Naisaburi menegaskan bahwa yang dimaksud dengan Al-Hikmah adalah tanda atau metode yang mengandung argumentasi yang kuat (Qothi) sehingga bermamfaat bagi keyakinan.Penyampaian wahyu dengan hikmah ini yaitu penyampaian dengan lemah lembut tetapi juga tegas dengan menggunakan alas an (dalil) dan argumentasi yang kuat sehingga dengan proses ini para peserta didik memiliki keyakinan bermamfaat dan berharga bagi dirinya, merasa memperoleh ilmu yang berkesan dan selalu teringat sampai masa yang akan datang.

Ibnu Katsir menafsirkan al-mauizatil hasanah sebagai pemberian peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah SWT.[12] Pengajaran yang baik mengandung nilai-nilai kebermamfaatan bagi kehidupan para siswa.

Al- Jalaludin Asy-Syuyuti dan Jalaludin Mahali mengidentikkan kata “Al-Mauizhah” dengan kalimat yang artinya perkataan yang lembut. Pengajaran yang baik berarti disampaikan melalui perkataan yang lembutdi ikuti dengan prilaku yang hasanah sehingga kalimat tersebut bermakna lemah lembut dan baik.

Mujadalah berasal dari kata “jadala” yang makna awalnya percekcokan dan perdebatan. Mujadalah dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog atau diskusi sebagai kata “ameliorative” berbantah-bantahan. Mujadalah berarti menggunakan metode diskusi ilmiah yang baik dengan cara lemah lembut erta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.

Hal senada juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa mujadalah ini adalah cara menyampaikan melalui diskusi dengan wajah yang baik kalimat lemah lembut dalam berbicara. Metode penyampaian ini dicontohkan oleh Nabi Musa as dan Nabi Harun as ketika berdiskusi dan berbantahan dengan Firaun. Sedangkan hasil akhirnya dikembalikan kepada Allah sebab hanya Allah-lah yang mengetahui orang tersebut mendapat petunjuk atau tidak.

Metode mujadalah lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang kuat. Para peserta didik berusaha menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari-cari alas an yang mendasar dan ilmiah dalam setiap argument diskusinya. Guru bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur.

Pada potongan ayat بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِٱلۡحَسَنَةِۖpenulis memberikan pemahaman bahwa yang dimaksud adalah metode diskusi. Metode diskusi banyak digunakan ketika memberikan materi pelajaran yang bertujuan untuk mencari potensi para peserta didik, disamping sebagai sarana untuk melatih para peserta didik di dalam mengungkapkan pemikiran serta pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan.

B. Hadits-hadits tentang Metode Pendidikan

Dalam mendidik para sahabat, Rasulullah SAW menggunakan metode salah satunya dengan keteladanan.

1. Metode Demonstrasi dalam pengajaran kaifiyat shalat

عن عا ءشة قا لت كا ن رسو ل ا لله صلى ا لله عليه وسلم يستفتح ا لصلا ةبا لتكبير والقراءة بالحدلله رب العا لمين وكا ن اذاركع لم يشخص راسه ولم يصوبه ولكن بين ذلك وكا ن اذارفع راسه من الركوع لم يسجدحتى يستو ي قا ئما وكا ن اذارفع راسه من السجدة لم يسجد حتى يستو ي جالسا وكا ن يقول في كل ركعتين التحية وكان يفرش رجله اليسرى وينصب رجله اليمنى وكان ينهى عن عقبة الشيطا ن وينهى ان يفترش الرجل ذراعيه افتراش السبع وكا ن يختم الصلاة بالتسليم

Aisyah berkata “Rasulullah SAW memulai shalat dengan takbir dan memulai bacaan dengan al-hamdulillahi rabbil alamin, apabila rukuk, beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak pula menunndukkannya, tetapi di antara itu, apabila bangkit dari rukuk , beliau tidak sujud sebelum berdiri betul-betul (lurus), apabila mengangkat kepalanya dari sujud, beliau tida sujud lagi hingga duduk betul-betul. Beliau membaca tahiyatdi tiap-tiap dua rakaat, membentangkan kaki kirinya dan mendirikan kaki kanan. Beliau melarang uqbah asy yaithon (cara duduk syitun, yaitu menghamparkan dua tapak kaki dan duduk diatas dua tumitnya) dan melarang seseorang membentangkan dua lengannya (di bumi) sebagai bentangan binatang buas. Selanjutnya beliau mengakhiri shalatnya dengan salam. “

(HR Muslim)

Informasi yang terkandung dalam hadits di atas, antara lain adalah Rasulullah SAW telah memperlihatkan kepada sahabat kaifiyah (cara-cara) melaksanakan shalat serta urutannya. Kaifiyat tersebut, di antaranya adalah memulai shalat dengan takbir, melakukan rukuk, bangkit dari rukuk, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk sambil membaca tahiyat, dan akhirnya beliau menutup kegiatan shalat dengan mengucapkan salam. Dengan demikian, beliau telah menggunakan metode keteladanan (demonstrasi).

Dalam hadits diatas Rasululah SAW menggunakan metode demonstrasi dalam mengajarkan kaifiat shalat kepada para sahabatnya. Di dalam pendidikan dan pengajaran, metode ini juga banyak digunakan oleh para pendidik di dalam menyampaikan materi kepada para peserta didik.

2. Metode Keteladanan atau Demontrasi dalam pengajaran bacaan shalat.

عن ابى هريرة قال كان رسول ا لله صلى الله عليه وسلم يسكت بين التكبير

وبين القراءة اسكاتة قال احسبه قال هنية فقلت باءبى وامى يارسول الله اسكا تك

بين التكبيروالقراءة ماتقول قال اقول اللهم با عد بينى وبين خطاياى كما با عدت

بين المشرق والمغرب اللهم نقنى من الخطايا كما ينقى الثوب الا بيض من الدنس

اللهم اغسل خطاياى بالماءوالثلج والبرد

Abu hurairah meriwayatkan bahwa biasanya Rasulullah SAW diam sejenak diantara takbir dan bacaan. Aku bertanya, “Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, apa yang engkau baca dalam keheninganmu antara takbir dan bacaan (Al-Fatihah) ? “ Beliau menjawab : Aku membaca Ya Allah jauhkan anatara aku dan dosa-dosaku sebagaimana engkau telah menjauhkan Timur dan barat, ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun” (HR al-Bukhari).

Melalui hadits diatas, dapat diketahui bahwa Rasulullah telah memperagakan bacaan doa iftitahdi depan sahabatnya (dalam hal ini Abu Hurairah). Kendatipun bukan itu satu-satunya doa yang dibaca oleh beliau dalam iftitah, namun yang jelas beliau telah menunjukkan dan memperagakan bacaan tersebut. Selain menunjukkan waktu membaca, beliau juga telah memperdengarkan bacaan yang benar agar para sahabat dapat mengikutinya.

Keteladanan Rasulullah SAW dalam mengerjakan kaifiyah dan bacaan shalat, selain memperlihatkan dan memperdengarkan, juga meminta agar sahabat mengikuti praktik shalat yang beliau laksanakan. Hal ini dapat dilihat dalam hadits berikut :

عن ابى سليمان مالك بن ا لحويرث قال اتينا النبيى صلى الله عليه وسلم ونحن

شببة متقاربون فاءقمنا عنده عشرين ليلة فظن انا اشتقنا اهلنا وساءلناعمن تركنا

في اهلنا فا خبرناه وكان رفيقا رحيما فقال ارجعوا الى اهليكم فعلموهم ومروهم

وصلوا كما رايتمونى اصلى واذا حضرت الصلاة فليؤذن لكم احدكم ثم ليؤمكم

اكبركم

Abu Sulaiman Malik bin Al-Huwairits berkata “ Kami beberapa orang pemuda sebaya mengunjungi Nabi SAW, lalu menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang, lalu berkata, Kembalilah kepada keluarga kalian, ajarilah mereka, suruhlah mereka, , hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkanazan dan yang lebih tua hendaklah menjadi imam” ( HR Al-Bukhari dan Ad-Darimi)

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW memberikan penekanan pada peniruan cara shalat sahabat kepada cara yang telah beliau perlihatkan sendiri.

Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa Rasulullah SAW menggunakan metode demonstrasi dalam mengajarkan tata cara shalat kepada para sahabat.

3. Metode Keteladanan dalamkedisiplinan Waktu Penegakan Shalat.

Ibadah shalat fardhu memiliki waktu tertentu. [13]Setiap muslim harus mengerjakan shalat yang dimaksud pada waktu yang telah ditentukan. Rasulullah SAW telah memberikan keteladan dal hal mengerjakan shalat segera setelah waktunya masuk. Beliau meninggalkan segala pekerjaannya ketika azan dikumdangkan. Sesuai hadits berikut :

عن الاسود قال ساءلت عاءسشة ما كان النبيى صلى الله عليه وسلم يصنع فى اهله قالت كان

فى مهنة اهله فاذا حضرتالصلاة قام الى الصلاة

Al aswad meriwayatkan “ Aku bertanya kepada Aisyah, Bagaimana keadaan Nabi SAW ketika bekerja? Aisyah menjawab, “Ketika beliau bekerja untuk urusan keluarga, lalu masuk waktu shalat, maka beliau langsung keuar (behenti bekerja) lalu shalat” (HR Al-Bukhori)

Hadits di atas menginformasikan bahwa :

a. Rasulullah SAW ikut bekerja mengurus keluarga

b. Ketika waktu shalat telah masuk, beliau langsung meninggalkan pekerjaannya untuk mendirikan shalat.

4. Metode pembiasaan

عن عمروبن شعيب عن ابيه عن جده قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مرواابناءكم

بالصلاة لسبع سنين واضربوهم عليها لعشرسنين وفرقوا بينهم فى المضاجع

Dari Amru bin syuaib dari ayahnya dari kakeknya, Rasulullah SAW berkata, “ Suruhlah anakmu mendirikan shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur 10 tahun . (Pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka “ (HR Ahmad dan bu Dawud)

Hadits di atas menginformasikan beberapa hal yaitu :

a. Orang tua harus menyuruh anak mendirikan shalat mulai berumur 7 tahun

b. Setelah berumur 10 tahun ternyata anak meninggalkan shalat, maka orang tua boleh memukulnya

c. Pada usia 10 tahun itu juga, tempat tidur anak harus dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, juga antara anak dan orang tuanya.

5. Metode Dialog atau Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dengan kata lain, suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya dan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya.[14]Berkaitan dengan ini terdapat hadits yang berbunyi :

عن ابي هريرة رضى ا لله عنه قال جاء رجل الى رسول ا لله صلى ا لله عليه وسلم فقال

يا رسول ا لله من ا حق ا لنا س بحسن صحابتى قال امك قال ثم من قال ثم امك قال ثم من

قال ثم امك قال ثم من قال ثم ابوك

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya, “ Ya Rasulullah, siapa orang yang paling berhak (pantas) mendapat perlakukan baikku ? “Rasulullah menjawab “Ibumu.” Laki-laki itu berkata lagi, “Siapa lagi?” Rasulullah menjawab “kemudian Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Laki-laki itu berkata lagi (untuk kali yang keempat), “kemudian siapa lagi?” “Rasulullah menjawab, Sesuah itu ayahmu.” (HR Al-Bukhari).

عن ابى هريرة ان رسول ا لله صلى الله عليه وسلم قال اتدرون ماالمفلس قالوا المفلس فينا من لا

درهم له ولا متاع فقال ان المفلس من ا متى ياءتى يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة وياتى

قد شتم هذا وقذف هذا , واكل مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا فيعطى هذا من حسناته وهذا من

حسناته فاءن فنيت حسناته قبل

Abu hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan al-muflis (bangkrut) ?” Sahabat menjawab :Al muflis dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki uangdan harta benda. “Rasulullah SAW berkata, , “Sesungguhnya al-muflis dikalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, puasa dan zakat. Selain itu ia juga memfitnah orang ( berbuat maksiat), memakan harta orang lain (dengan cara tidak halal)menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Lalu masing-masing kesalahan itu ditebus dengan kebaikan (pahalanya). Setelah kebaikan (pahalanya) habis sebelum kesalahannya terselesaikan, maka dosa orang yang dizoliminya itu dilemparkan kepadanya, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka” (HR Muslim).

Hadits diatas memuat informasi bahwa Rasulullah SAW menggunakan metode dialog dalam mendidik dan mengajarkan sahabatnya. Dialog ada yang diawali dengan pertanyaan sahabat kepada Nabi da nada pula yang diawali dengan pertanyaan beliau kepada sahabat.

6. Metode Perumpamaan

Perumpamaan berarti pemberian contoh, yaitu menuturkan sesuatu guna menjelaskan uatu keadaan yang selaras dan serupa dengan yang dicontohkan , lalu menonjolkan kebaikan dan keburukan yang tersamar[15]. Sehubungan dengan hadits anatar lain Sebagai berikut :

عن ابى موسى العشري قال قال رسولالله صلى الله عليه وسلم مثل المؤمن

الذي يقراالقران كمثل الاترجة ريحها طيب وطعمها طيب ومثل المؤمن

الذي لا يقراالقران كمثل التمرة لا ريح لها وطعمهاحلو ومثل المنفافق

الذي يقرالقران مثل الريحا نة ريحها طيب وطعمها مر ومثل المنافق

الذي لا يقرا القران كمثل الخنظلة ليس لها ريح وطعمها مر

Abu Musa Al-Asyari meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan saerang muslim yang membac Al-Quran adalah bagaikan buah atrujah. Aromanya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca al-quran adalah bagaikan buah tamar (kurma), aromanya tidak ada tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca al-quran adlah bagaikan buah raihanah, aromanya harum tetapi rasanya pahit, perupamaan seorang munafik yang tidak membaca al-quran adalah bagaikan buah hazalah, aromanya tidak ada dan rasanya pahit. (HR Al-Bukhori, Muslim, Abu Daud, At-Tarmizi dan An-Nasai)

Berdasarkan hadits diatas terdapat nilai-ilai kependidikan sebagai berikut

1. Rasulullah SAW mengemukakan perbandingan kualitas manusia dengan buah-buahan yang bermamfaat dan yang tidak bermamfaat dalam kehidupan manusia. Ini sekaligus merupakan alternative bagi manusia untuk menempatkan dirinya.

2. Dalam mendidik umat, Rasulullah SAW menggunakan pendekatan rasional dan fungsional. Dengan pendekatan rasional, manusia diajak berpikir dalam membedakan mana yang terbaik, mana yang kurang baik, dan mana yang paling buruk. Dengan pendekatan fungsional, beliu memperkenalkan kepada manusia mamfaat yang diperoleh oleh seseorang apabila memilh sesuatu yang baik dan kerugian yang akan timbul apabila memilih sesuatu yang buruk.

3. Iman kepada malaikat allah yang benar perlu dibuktikan dengan amal yang shaleh, amal yang baik perlu dilandasi oleh iman kepada malaikat allah yang benar. Keserasian keduanya dapat engangkat derajat manusia di sisi Allah SWT. Mengambil salah satunya saja tidak dapat menjmin kualitas umat yang beriman.

7. Metode Ceramah

Sejak zaman Rasulullah SAW, metode ceramah merupakan cara yang pertama dilakukan dalam menyampaikan wahyu kepada umat. Karakteristik yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebih dominan. Sementara itu siswa lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh guru.

Hadits Rasulullah SAW yang menggunakan metode ceramah.

عن عبدالله بن عمر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم انه قال يا معشرالنساء

تصدقن واكثرن الستغفار فاني رايتكن اكثر اهل النار فقالت امراة منهن جزلة

وما لنا يا رسول الله اكثر اهل النار قال تكثرن اللعن وتكفرن العشير وما رايت

من نا قصات عقل ودين اغلب لذي لب منكن

Dari Abdullah bin umar , Rasulullah SAW bersabda, “Wahai sekalian wanita, bersedekahlah dan perbanyak istigfar, karena sesungguhnya aku melihat kalian banyak yang menjadi penghuni neraka. “Mereka berkata, “ Mengapa demikian, wahai Rasulullah ?” Beliau bersabda, “Kalian banyak melaknat dan mengingkari kebaikan pasangan. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya menghilangkan akal seorang laki-laki yang teguh daripada salah seorang dianatara kalian” (HR Al-Bukhari)

Hadis ini menginforasikan bahwa Rasulullah SAW memberikan ceramah kepada para wanita dengan materi anjuran bersedekah. Setelahbeliau menyampaikan materi ceramah , sahabat wanita bertanya , ia meminta penjelasan lebih lanjut kepada beliau. DEngan demikain beliau menggunakan metode cramah dan dialog dalam penyampaikan pesan-pesan maizah kepada para sahabat.[16]

8. Metode Targhib dan Tarhib

Rasulullah SAW banyak menggunakan targhib dalam mendidik sahabat (umatnya). Diantaranya pada hadits berikut :

عن عبدالله بن مسعود يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من قرا حرفا

من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر امثالها لا اقول الم حرف ولكن

الف حرف ولام حرف وميم حرف

Abdullah bin Masud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Siapa yang membaca satu huruf Al-Quran mendapat pahala satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Saya tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR At-Tarmidzi)

Untuk menumbuhkan semangat dan minat yang tinggi dalam mengerjakan ibadah (membaca dan mendirikan shalat jumat), Rasulullah SAW menggunakan metode targib. Dengan metode ini, meliau menggugah dan menimbulkan rasa senang pada diri peserta didik (sahabat) untuk melakukan sesuatu. Beliau menyampaikan pesan yang menyenangkan hati berupa janji pahala dari Allah SWT untuk orang yang mengerjakan suatu kebaikan.

Targib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang telah dilarang Allah SWT. Selain itu juga karena menyepelekan pelaksanaan kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.

عن ابى هريرة قال قال رسول ا لله صلى الله عليه وسلم من افطر يوما من

رمضا ن من غير رخصة رخصها الله له لم يقض عنه صيا م الهر

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang berbuka satu hari pada bulan Ramadhan tanpa rukhsah yang diberikan Allah tidak dapat mengqada puasanya itu walaupun ia berpuasa sepanjang masa” (HR Al-Bukhori, Abu Dawud, dan At-Tarmidzi)

Pada bulan Ramadan, semua orang yang beriman diwajibkan mengerjakan puasa. Hanya orang-orang yang memiliki alas an tertentu saja yang boleh meninggalkannya, seperti sakit, bepergian, hamil, menyusui dan lanjut usia. Orang yang tidak memiliki alasan tersebut tidak diperkenankan untuk tidak berpuasa. Karena begitu besarnya dosa bagi yang melanggar ketentuan ini, maka dalam hadits ini Rasulullah SAW mengancam orang-orang yang meninggalkan puasa dengan ancaman yang berat, yautu tidak dapat mengganti satu hari puasa yang ditinggalkannya itu walaupun ia berusaha untuk membayarnya seumur hidup.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ayat-ayat yang berkaitan dengan metode pendidikan dalam Al-Quran

a. Surat Al-Maidah ayat 67 yang menjelaskan tentang penggunaan metode ceramah

b. Surat Al-Baqarah ayat 31 menjelaskan tentang penggunaan metode pengamatan (inkuiri), praktek dan demonstrasi

c. Surat Al-Anbiya ayat 80 menjelaskan tentang penggunaan metode demonstrasi

d. Surat Al-Arof ayat 103 menjelaskan tentang penggunaan metode demontrasi

e. Surat Al-Maidah ayat 31 menjelaskan tentang penggunaan metode demonstrasi

f. Surat An-Nahl ayat 125 menjelaskan tentang penggunaan metode diskusi

2. Hadits yang berkaitan dengan metode pendidikan

a. Metode demontrasi

b. Metode keteladanan

c. Metode keteladanan dalam kedisiplinan

d. Metode pembiasaan

e. Metode dialog

f. Metode perumpamaan

g. Metode ceramah

h. Metode targhib dan Tarhib

B. SARAN

Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi bisa kita gunakan untuk mengetahui ayat-ayat Al-Quran dan hadits yang berkaitan dengan metode-metode pendidikan. Untuk lebih jauh lagi bisa kita terapkan atau gunakan dalam pelasanaan pendidikan dan pengajaran di lingkungan sekolah.


[1]Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam ,Pustaka Setia, Bandung, 1997. hal. 136

[2]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004. Hal 9

[3]Izzan.Ahmad, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-ayat Berdimensi Pendidikan, Pustaka Aufa Media, 2012. Hal 14

[4] Ibid , hal 149

[5] Al Imamul Jalalain,Tafsir Al-Quranul Adzim, Maktabah Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah,t.th

[6] Imam Al-Qurtubi, Manhaj at-Tarbiyah al-islamiyah, Dar Al-Qalam, Kairo Mesir, 1967 hal 131

[7] Syukri, Tafsir Ayat-Ayat Pembelajaran dalam Al-Quran, Insani Madani Press, 2016. Hal 19

[8] Ibnu Katsir Al-Imam Abul Fida Ismail, jilid IV, Maktabah Al-Tijariyah, Makah, 1407 H/1986. Hal 104

[9] Syukri, Tafsir Ayat-Ayat Pembelajaran dalam Al-Quran, Insani Madani Press, 2016. Hal 21

[10] Abu Jafar Muhamad ibn Jarir Al-Thabari, Tafsir At-Thobari ; Jamiul bayan Tawilul Quran, Darul Qutubul Ilmiah Baeirut-Libanon, 1996. hal 55

[11] Ibn Jarir At-Thabari jafar Muhamad, Tafsir At-Thobari ; Jamiul bayan Tawilul Quran, Darul Qutubul Ilmiah Beirut-Libanon, 1996, hal 13

[12] Ibnu Katsir Al-Imam Abul Fida Ismail, jilid IV, Maktabah Al-Tijariyah, Makah, 1407 H/1986. Hal 120

[13]Lihat Al-Quran surat An-Nisa ayat 103

[14] Zuhairini, dkk,Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional, 1983, cet ke 8 , hal 86

[15] Abdurrahman An-nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat, Terjemahan Shihabudin, Gema Insani Press, Jakarta, 1996 , hal 251

[16] Ibid, hal 136